Friday, November 02, 2007

Padang Diusulkan Sekretariat Dewan Zakat ASEAN

Padang Expres, Rabu, 31-Oktober-2007, 10:30:52
Padang, Padek—Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah yakin kekuatan zakat dapat menekan kemiskinan di Indonesia. Ini tergantung mau atau tidaknya umat muslim di negara ini untuk menunaikan rukun Islam ketiga tersebut
Ke depan, zakat harus dikelola secara modern dan profesional. “Andai sekitar 40 persen saja dari 90 persen umat Islam di Indonesia menunaikan rukun Islam ketiga ini, maka zakat dapat menekan kemiskinan di negara ini. Amat disayangkan, masih timbul sebuah kekhawatiran dari orang kaya dengan berzakat akan menjadi miskin,” kata Bachtiar Chamsyah, usai meresmikan Konferensi Zakat Asia Tenggara II, di Lapangan Imam Bonjol Padang, Selasa (30/10). Padahal, kata Mensos, menurut ajaran Islam tidak ada orang setelah membayarkan zakat menjadi miskin. Malah, Allah SWT memberikan harta yang lebih pada mereka yang membayarkan zakat. “Oleh karena itu, mari kita timbulkan keinginan membayarkan zakat,” imbau Bachtiar.

Persoalan kemiskinan, tambah Bachtiar bukan saja menjadi masalah Indonesia tapi juga dunia. Sehingganya PBB menjadikan kemiskinan sebagai musuh bersama umat manusia. “Melalui konferensi zakat ini akan memberikan solusi terhadap terciptanya upaya pengelolaan zakat terpadu di tingkat negara-negara ASEAN,” harapnya.Pembukaan konferensi dihadiri Menteri Agama diwakili Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama Nasaruddin Umar, Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Prof KH Didin Hafidhuddin, anggota DPR RI Patrialis Akbar dan Epyardi Asda, Gubernur Sumbar diwakili Sekprov Sumbar Yohanes Dahlan, Kakanwil Depag Sumbar H Darwas, anggota DPRD Sumbar Guspardi Gaus, dan Rektor IAIN Imam Bonjol Padang Prof Sirajuddin Zar.

KENANG-KENANGAN: Mensos Bachtiar Chamsyah menerima kaligrafi kenang-kenangan dari Wali Kota Padang Fauzi Bahar, saat pembukaan Konferensi Zakat Asia Tenggara II, di Lapangan Imam Bonjol, kemarin.

Selain itu, hadir pula Bupati Padangpariaman Muslim Kasim, Bupati Tanahdatar Shadiq Pasadiqoe, sejumlah unsur pejabat di lingkungan Pemko dan Muspida Kota Padang, 350 peserta dari delegasi 8 negara peserta konferensi (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Australia, Qatar, Syria, Saudi Arabia, Jerman, dan Amman). Acara peresmian ini berlangsung semarak. Lapangan Imam Bonjol disesaki belasan ribu warga Kota Padang. Menteri yang urang awak itu disambut pupuik sarunai, gendang tasa, serta tari pasambahan sebelum menaiki panggung utama.

Sekitar pukul 18.00 WIB, Mensos secara resmi membuka pelaksanaan konferensi yang ditandai dengan pemencetan tombol sirine dan pelepasan balon. Usai pembukaan konferensi, Mensos juga meresmikan Islamic Fair dan Expo Zakat di Gedung Bagindo Aziz Chan. Gubernur Sumbar diwakili Sekprov Sumbar Yohanes Dahlan, dalam sambutannya menuturkan pelaksanaan konferensi zakat di Kota Padang, membuktikan kepercayaan publik terhadap Kota Padang yang berangsur membaik. Kepercayaan tersebut sekaligus sebuah recovery bagi Sumbar, khususnya Kota Padang, yang sempat terpuruk pasca-musibah gempa.

Padang Sekretariat Dewan Zakat ASEAN

Wali Kota Padang Fauzi Bahar dalam pidatonya berharap, melalui pelaksanaan konferensi zakat ini akan tercipta kesadaran bagi masyarakat Kota Padang untuk berlomba-lomba membayarkan zakat ke Bazda Kota Padang. “Saya yakin, zakat akan menjawab kemiskinan yang dikandung kota ini, karena potensinya mencapai Rp30 miliar pertahun.

Kalau ini maksimal maka bisa saja sekarang mereka menerima zakat besoknya akan menjadi wajib zakat,” tutur Fauzi. Dalam kesempatan itu, Fauzi juga mengusulkan kepada Mensos, untuk menjadikan Padang sebagai kantor sekretariat bersama Dewan Zakat ASEAN yang akan ditelurkan pada konferensi ini. “Saya mohon dukungan dan izin Pak Menteri untuk menjadikan kota ini sebagai sekretariat dewan zakat ASEAN,” pinta Fauzi. Gayung bersambut, Mensos Bachtiar Chamsyah dalam pidatonya merespons usulan Fauzi Bahar. Mensos langsung meneruskan usulan itu kepada Ketua Umum Baznas Prof Dr K H Didin Hafidhuddin, agar memberikan pertimbangan untuk menjadikan Kota Padang sebagai kantor sekretariat Dewan zakat ASEAN tersebut.

Sementara itu, Ketua pelaksana Prof Salmadanis dalam pidatonya, menyampaikan acara konferensi zakat Internasional ini merupakan sebuah momentum untuk menyadarkan warga kota dalam hal berzakat. “Akhir tahun ini, kita mempunyai target untuk mencapai total zakat terkumpul di Kota Padang sebesar Rp2 miliar.” Pada kesempatan itu, Fauzi Bahar menyerahkan kenang-kenangan berupa kaligrafi kepada Mensos. Acara pembukaan konferensi ini juga ditandai dengan pembacaan Deklarasi Zakat 2006 oleh perwakilan delegasi Indonesia dan Malaysia, pembacaan Asmaul Husna oleh Juara I Lomba Asmaul Husna Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubukkilangan, serta penampilan Gambus Al Wathan dan artis Ibukota Afriza KDI.

Terapkan di Jerman

Peserta delegasi Jerman Ahmand von Denffer, saat ditemui Padang Ekspres, mengatakan dirinya sengaja hadir mengikuti Konferensi Zakat ini, mempelajari pengelolaan zakat di Kota Padang, untuk diterapkan selanjutnya di Jerman melalui organisasi zakat Muslime Heffen ev Germany. Di Jerman, kata Ahmad, agama Islam menjadi agama ketiga terbesar setelah agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Saat ini ada sekitar 3,4 juta warga Muslim di Jerman, termasuk 220 ribu warga Muslim lainnya yang tinggal di Berlin. Sebagian warga muslim Jerman adalah muslim keturunan Turki. Selama ini, tambah Ahmad, dana zakat yang dikumpulkan Muslime Heffen ev Germany disalurkan kepada organisasi zakat Eropa lainnya, seperti di Turki, Bosnia, Palestina, Syria dan lain-lain. “Di Jerman sendiri, semua warganya tidak ada yang miskin. Makanya, dana zakat tersebut kita serahkan kepada sejumlah organisasi zakat di negara tetangga,” ulasnya.

Banyak Potensi

Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Depag, Nasaruddin Umar yang tampil seagai keynote sepeaker dalam seminar zakat, di Hotel Bumiminang, tadi malam, menyatakan, bahwa umat Islam memiliki banyak potensi yang belum termanfaatkan untuk pemberdayaan umat. Menurutnya, potensi itu tidak hanya zakat, tapi juga infak, sadaqah, fidyah dan berbagai kegiatan ekonomi serta kewajiban pembayaran dalam Islam bisa. “Terlalu kikir rasanya umat Islam jika hanya zakat yang bisa diberdayakan. Kita harus melihat saudara kita umat agama lain yang mampu menyisihkan beberapa persen miliknya untuk kepentingan saudaranya yang membutuhkan.

Pengertian zakat dilihat dari perspektif makhlaf memang hanya sebagai kewajiban ibadah untuk kepentingan individu. Namun, jika dilihat dari perspektif pemberdayaan umat, zakat tidak hanya sebatas itu. Zakat dan ibadah lainnya seperti infak, waqaf, dan sedekah sangat potensial dalam pemberdayaan umat jika dikelola dan dilaksanakan dalam artian luas dengan baik,” ujarnya. Ia menambahkan, pembayaran zakat yang hanya 2,5 persen dari penghasilan, dirasakan masih kurang jika segenap umat benar-benar ingin beribadah dalam pemberdayaan umat. “Dalam sejarah Islam, zakat bukanlah hal utama yang berpotensi dalam pemberdayaan umat. Pada masa itu, zakat tidak populer sebagai institusi dalam pemerataan umat Islam. Masih ada waqaf, infak, sadaqah, nazar dan harta rampasan perang sekalipun,” tambahnya.

Apa yang telah dilakukan oleh Pemko Padang dalam pelaksanaan zakat hendaknya bisa menjadi contoh untuk daerah. Wali Kota Padang, Fauzi Bahar mengapungkan idenya untuk pengelolaan potensi lainnya guna pemberdayaan umat.Bekerjasama dengan Taspen, kita membuka kesempatan untuk para pegawai memperoleh kesempatan menunaikan ibadah haji dengan biaya tabungannya sendiri melalui pengelolaan Pemko. Jika pada suatu saat mereka menginginkan untuk melaksanakannya dana tersebut akan dicairkan dan kekurangannya ditambah uang mereka pribadi,” (san/ril/ted/cr6)