Friday, November 02, 2007

Fauzi Bahar dan Target Zakat Rp30 Miliar

Rabu,31 Oktober 2007
PADANG - Warga Padang awalnya tidak tahu, jika kemudian Waliko­tanya, Fauzi Bahar gandrung mengurus hal-ikhwal ajaran Islam. Ia mengurus pemberantansan maksiat, judi. Ia menganjurkan anak sekolah (Muslim) untuk memakai jilbab. Ia menggalakkan didikan subuh, pesantren Ramadan, memasyarakatkan Asmaul Husna. Kemudian zakat. “ Nan indak-indak sae karajo walikota ko mah,” kata sejumlah politisi ketika itu. Tapi kemudian, dari rumah-rumah di pinggir kota , dari ibu-ibu batalakuang , dari orang-orang di Kuranji, Koto Tangah, Bungus, dan lainnya datang pujian. “Ebat walikota den ko, ” kata mereka.

Ibarat seorang marketing , Fauzi menemukan pasar potensial. Ia menggalas di sana . “Zakat, zakat, zakat,” teriaknya. Ada yang tertarik, ada yang tidak. Tapi, ia terus bajojo. Tahun 2006, dagangannya laku. Ia berhasil meraup Rp1 miliar dari jualan zakatnya. Inilah untuk pertama kalinya dalam sejarah Padang , pemerintah dan Badan Amil Zakat (BAZ) Padang berhasil menghimpun zakat sebanyak itu. Maka dibantulah orang miskin. Buya Salmadanis dipercaya sebagai ketua BAZ, sedang mantan ketua DPRD Padang, Maigus Nasir menjadi koordinator harian BAZ. BAZ kemudian sudah memperbaiki puluhan rumah penduduk kota yang tak layak huni, memberikan bantuan modal kerja. Untuk hal-hal semacam itu, memang harus ada orang yang serius mengurusnya. Dan BAZ Padang siap untuk itu.

Target Rp30 miliar
Dua atau tiga tahun ke depan, Fauzi Bahar menargetkan di Padang bisa dikumpulkan zakat Rp30 miliar/tahun. Jika jadi kenyataan, maka BAZ akan menyebarnya untuk orang miskin yang jumlahnya bertambah banyak. Fauzi Bahar ketika ditanya kemarin, yakin target itu bisa terca­pai. “Tapi syaratnya, wajib zakat harus percaya dulu pada BAZ,” katanya. Itu yang sudah tumbuh saat ini. BAZ telah dipercaya, karena keuangannya transparan. “Tidak mungkin sakali tembak jatuah sadoe, ” kata Fauzi. Maksudnya, tidak mungkin baru bergerak hasilnya akan maksimal seketika. “ Ada tahapan, dan kita berharap setahun, dua atau tiga tahun ke depan, capaian pengumpulan zakat akan bertengger pada angka Rp30 miliar setahun,” katanya. Target Rp30 miliar, bukan utopia, karena jumlah wajib zakat cukup banyak. Apalagi jika mereka bersama-sama dengan kesadaran sendiri menyerahkan zakatnya ke BAZ.

Konferensi zakat
Departemen Agama menunjuk Padang sebagai kota percontohan manaje­men zakat. Ini, menurut Fauzi Bahar, bukan sembarang tunjuk. “Departemen Agama bekerja dan menilai dengan sungguh-sungguh,” kata dia. Karena Padang adalah kota percontohan, maka Konferensi Zakat Asia Tenggara II dilaksanakan di kota ini. “Ini berkat kerja keras masyarakat, tokoh, ulama, pemerintah, DPRD Padang dan pers,” kata Fauzi Bahar pula. Pers, katanya, berada di titik tengah di simpang lima . “Posisinya strategis sekali, pers sangat membantu, karena itu, Pemko berter­imakasih,” kata dia pula. Ia juga memuji Dompet Dhuafa Singgalang (DDS) yang sudah kian melaju. “Singgalang dengan DDS-nya sangat membantu munculnya kesadaran warga untuk berzakat,” kata dia.

Kesadaran berzakat, kata Fauzi, sebenarnya hal yang paling menda­sar bagi seorang Muslim berpunya. “Zakat itu wajib dalam Islam,” tutur dia. Undang-undang pun mengaturnya. Fauzi bermimpi, suatu hari kelak, warga Padang merasa tidak nyaman, kalau tak membayar zakat. “Hatinya gelisah saja, ia merasa berdosa,” ujarnya. Sekarang sudah begitu, tapi belum terpola. Pembayaran zakat masih sendiri-sendiri dan tidak untuk keperluan produktif, tapi lebih pada konsumtif. “Kekuatan zakat sangat dahsyat, bisa mengikis habis kemiskinan, asal zakat itu terkumpul di tangan profesional, bertanggungjawab, terbuka, jujur dan transparan. Untuk itu saya akan bekerja keras,” uangkap dia pula. khairul jasmi